Ganjar : Panasnya Hati Lebih Bahaya Ketimbang Panasnya Kemarau

By Abdi Satria


nusakini.com-Semarang-Kemarau panjang memang panas. Tapi, panasnya kemarau tak seberapa jika dibandingkan bahaya panasnya hati. 

Hal itu ditekankan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat Dialog Interaktif TVRI Sugeng Enjang Sedulur dengan tema “Signifikan Peran Ulama–Umara Dalam Merawat Jawa Tengah Damai” bersama MUI dan TVRI Jateng, di Puri Gedeh, Jumat (4/10) sore. Dia pun mengurai peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi di sejumlah tempat, di mana banyak demonstrasi yang rentan disusupi provokator. Hati yang panas sedikit saja, bisa tersulut emosi dan berakibat mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan tak terpuji.

Ganjar mengapresiasi aksi unjuk rasa para mahasiswa dan buruh di Jateng yang berlangsung damai. Di balik hingar bingar suara orasi, masih ada budi pekerti. Polisi bisa mendekati dengan baik, ngobrol hingga berjoget bersama. Suasana pun menjadi akrab. Sehingga, sampai hari ini, Jateng tetap kondusif. Namun begitu dia meminta seluruh masyarakat agar tetap menjaga suasana hatinya lebih sejuk, dingin dan tenang, tidak tersulut provokasi dari berbagai pihak.

“Yang menginspirasi juga Jogja, usai demo, mereka bersalaman dengan polisi. Visual seperti ini sangat dibutuhkan, tidak saling menyakiti, dan caranya pun cara milenial. Langkah pemerintah apa? Kita imbau lewat tokoh agama menyampaikan kesejukan saat khotbah di masjid, gereja, pura, wihara, klenteng kepada umat,” ujar mantan anggota DPR RI ini.

Soal ancaman di Jateng, Ganjar mengakui masih ada. Seperti, potensi berpendapat tidak bertanggungjawab di sosial media, pembicaraan yang buruk, gerakan-gerakan ideologi baru. Gempuran-gempuran itu pun menurutnya harus disaring mulai dari bangku sekolah.

“Pemprov tidak akan tinggal.diam. ketika masyarakat merasa aman, itu capaian yang ingin kami harapkan. MUI dan Baznas, selama ini telah membatu tidak hanya urusan agama, tapi juga pengentasan kemiskinan, pendidikan, maupun kesehatan,” jelasnya.

Problematika ideologi, politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, keamanan, kata Ganjar, tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja. Butuh dukungan seluruh masyarakat, termasuk peran ulama. 

Dialog bertajuk Khasanah Ulama Umaro MUI itu ditayangkan di TVRI Jateng pada Jumat pagi minggu pertama setiap bulannya. Pengambukan video tapping yang dipandu oleh Dita itu juga hadir Ketua MUI Jateng, KH Ahmad Daroji yang menegaskan jika ulama dan umaro itu seperti dua sisi mata uang yang secara terus menerus mengajak umat untuk menjaga kedamaian.

“Boleh berdebat, berdemo, bermusyawarah, tetapi sampaikan kesejukan, dengan tertawa, tersenyum. Karena, semua kita itu saudara. Sinergi MUI Jateng selain dengan Pemprov, juga dengan Polda Jateng, Kodam IV/Diponegoro dan seluruh lapisan masyarakat untuk merajut dan merawat kebangsaan,” harapnya. (p/ab)